Sejak
melihatnya pertama kali, dia pun jatuh hati dan tergila-gila oleh
kecantikannya. Demikian juga si gadis yang merasakan hal serupa sejak
pertama melihat pemuda itu. Si pemuda lalu mengutus seseorang untuk
meminangnya, tetapi ternyata gadis tersebut telah dipertunangkan dengan
putera bapa saudaranya. Mendengar keterangan ayah si gadis itu, mereka
berdua menahan beban cinta yang sangat berat.
Si
gadis tadi kemudian mengutus seorang hambanya untuk menyampaikan
sepucuk surat kepada pemuda tambatan hatinya: “Aku tahu betapa engkau
sangat mencintaiku, dan kerananya, betapa besar penderitaanku terhadap
dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu. Seandainya engkau berkenan, aku
akan datang berkunjung ke rumahmu atau aku akan memberikan kemudahan
kepadamu bila engkau mahu datang ke rumahku.”
.
Setelah
membaca isi surat tersebut, si pemuda kacak itu pun berkata kepada
utusan wanita pujaan hatinya, “Kedua tawaran itu tidak ada satu pun yang
kupilih! Sesungguhnya aku takut akan seksaan hari yang besar bila aku
sampai derhaka kepada Tuhanku. Aku juga takut akan neraka yang api dan
jilatannya tidak pernah surut dan padam.” Pulanglah utusan kekasihnya
itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan oleh pemuda itu.
Si
gadis lalu berkata, “Selamanya aku belum pernah menemui seorang yang
zuhud dan selalu takut kepada Allah SWT seperti dia. Demi Allah, tidak
seorang pun yang layak mendapatkan gelaran kemuliaan kecuali dia,
sedangkan kebanyakan orang adalah munafik.”
Setelah
berkata demikian, gadis itu lalu melepas segala urusan duniawinya serta
membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Dia pun
memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu tekun beribadat,
sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban cintanya yang
besar kepada pemuda yang dicintainya. Dan kerinduannya yang mendalam
menyelimuti sepanjang hidupnya hingga akhir hayatnya.
Setelah
gadis itu meninggal dunia, sang pemuda sering pula berziarah ke
makamnya. Pada suatu ketika dia bermimpi seakan-akan melihat kekasihnya
dalam keadaan yang sangat menyenangkan. Pemuda itu pun bertanya,
“Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah
denganku?” Gadis kekasihnya itu menjawab dengan menyenandungkan untaian
syair: Kasih... cinta yang terindah adalah mencintaimu, sebuah cinta
yang membawa kepada kebajikan.
Cinta
yang indah hingga angin syurga berasa malu burung syurga menjauh dan
malaikat menutup pintu. Mendengar penuturan kekasihnya itu, pemuda
tersebut lalu bertanya kepadanya, “Di mana engkau berada?” Kekasihnya
menjawab dengan melantunkan syair: Aku berada dalam kenikmatan dan
kehidupan yang tiada mungkin berakhir berada dalam syurga abadi yang
dijaga oleh para malaikat yang tidak mungkin binasa yang akan menunggu
ketibaanmu, wahai kekasih Pemuda itu kembali berkata kepada kekasihnya,
“Di sana aku mohon agar engkau selalu mengingatiku dan sebaliknya aku
pun tidak dapat melupakanmu!” “Dan demi Allah, aku juga tidak akan
melupakan dirimu.